Mewujudkan tatanan masyarakat yang ahli ilmu, berakhlak
mulia dan membentuk generasi shalih dan shalihah memerlukan kerja sama
dan dukungan baik dari keluarga, madrasah maupun lingkungan sekitar.
Bahkan harus mendapatkan bimbingan dan pendampingan secara intensif di
masyarakat. Demikian salah satu pesan yang disampaikan KH Imam Fathoni
saat menyampaikan tausiyah dalam muwadaah dan akhirussanah MI Kedungombo
Desa Buaran kecamatan Mayong Kabupaten Jepara, Sabtu (3/6) lalu.
Menurut
Kiai Fathoni, melalui madrasah anak akan mendapat pendidikan agama yang
lebih baik. Jangan sampai anak jauh dari pendidikan ahlu sunnah wal
jamaah. Bahkan madrasah menjadi jawaban di tengah arus modernisasi yang
mengikis moral generasi bangsa. Tidak ada gunanya lembaga pendidikan
yang banyak tetapi tidak memberikan kontribusi baik bagi masyarakat.
Kiai
muda asal Kudus tersebut juga telah menggagas program Gerakan Mematikan
Televisi (GMT) pada waktu magrib hingga isya. Hal itu diakui ia lakukan
sebagai upaya menjembatani agar masyarakat tidak terjerumus dalam
hal-hal kemaksiatan, terutama saat magrib dan isya.
�Karena pada
waktu magrib sampai isya terdapat rahmat dan berkah dari Allah. Banyak
masyarakat muslim yang sering lupa hal itu disebabkan tergiur sajian
acara televisi,� ungkap Kiai Fathoni yang juga aktif sebagai pengurus
Lembaga Perkembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Kudus itu.
Di
waktu magrib sampai isya, lanjut kiai Fathoni, masyarakat agar saling
mengajak keluarga mengaji dan tadarus Alquran. Selain itu menghidupkan
dan meramaikan masjid-masjid dan mushala sebagaimana tradisi pada masa
tahun delapan puluhan dimana masa itu ketika memasuki waktu magrib
banyak masyarakat berbondong-bondong ke masjid dan mushala dengan penuh
semangat.
Gerakan mematikan TV sudah mulai banyak dideklarasikan
di sebagian daerah Kudus. Diharapkan program tersebut dapat ditularkan
di daerah lain tidak terkecuali di Jepara.
Selain itu, ia juga
mengajak untuk selalu melakukan sumbangsih terhadap guru yang telah
memberikan dengan ikhlas tentang pendidikan di madrasah. Sehingga para
murid tidak melupakan kepada para guru atas jasa yang telah diberikan.
Sebelumnya, kegiatan muwaddaah digelar dengan hataman Alquran, pentas seni dan parade drum band �
syimphoni KD�
mengelilingi desa yang ditampilkan siswa-siswi madrasah tersebut.
Penampilan itu mencuri perhatian banyak warga karena para pemain yang
masih kecil akan tetapi memiliki kepiawaian menabuh alat musik. Tahun
ini MI Kedungombo melepasa 22 siswanya yang beberapa di antaranya telah
meraih peringkat kedua nilai ujian nasional tingkat SD/MI dari 60
sekolah dan madrasah se-kecamatan Mayong Jepara.
Hadir dalam
kegiatan itu KH Muhammad Amirul Wildan (katib Syuriyah PCNU Jepara),
Habib Abdullah Alhindwan (rois Syuriyah MWC Mayong) dan petinggi desa
setempat serta tokoh masyarakat dan wali murid RA dan MI Kedungombo.
Menurut Malik Rudi Salam, kepala MI Kedungombo, pihak madrasah berharap
kegiatan tersebut menjadikan masyarakat lebih mengenal dan mencintai
madrasah, karena madrasah memiliki pendidikan plus yang memadukan
kurikulum pemerintah secara umum dan ilmu agama Islam. Madrasah juga
memiliki kegiatan-kegiatan untuk mengasah ketrampilan siswa dan mengukir
prestasi.
http://www.swarajepara.net/gerakan-mematikan-televisi-di-waktu-maghrib-isya/